ALLY
Diantara lamunan-lamunanku…..
Teringat kembali saat ia
nyatakan cinta didepanku, diiringi daun yang terhempas angin membuat aku serasa
di penghujung dunia. Ada rasa sesal saat aku menolak permintaannya. Ia begitu
polos, terdiam membisu. Aku merasa bersalah, seolah tak menghargai
keberaniannya. Bayang wajahnya selalu mengitari pikirannku, saat matanya
memerah ia mencoba untuk ,membendung lautan yang akan meluap.
Saat itu….
~kata temanku, memang ia sudah
lama menyimpan rasa padaku, sehari-harinya ia selalu meluangkan waktu sekedar
untuk menyapa atau mengajak bicara. Aku mulai sadar akan perasaannya, dimulai
dari gaya bahasanya yang penuh perhatian dan ketulusan.
Tak kusangka ia mengungkapkan
pendaman itu padaku, tepat saat pulang sekolah. Ia menarikku ke dalam kelas dan
menutup pintu, hanya kami berdua.
“aku ingin berbicara sesuatu”
katanya tiba-tiba tanpa basa basi
“apa ??” tanyaku dengan singkat. Seolah-olah aku
tau apa yang akan ia katakan dan ternyata aku benar. Sebelum itu aku sudah
menulis jawaban pada secarik kertas yang berisi bahwa aku menolaknya.
“mau gak jadi pacarku ?”
tanyanya dengan mata pennuh harap.
“haah ??!!” aku kaget bukan
main, memang aku sering mendapat kata-kata itu, tapi kali ini sungguh berbeda.
Jantungku berdetak dengan kencang, serasa guruh menerjang hatiku. Itu membuat
ia mengulangi kata-katanya dengan penuh keyakinan.
“mau gak jadi pacarku ??”
matanya memandangku penuh harap jawaban YA. Dan jawaban yang akan ku berikan
hancurkan harapannya.
Aku tak langsung menjawabnya
melainkan memberikan secarik kertas itu dan pergi meninggalkannya tanpa merasa
bersalah.
“apa ini ?? dan apa jawabanmu
??”
Aku berpura-pura tak
mendengarnya, ku biarkan ia tau jawaban yang kuberikan melalui kertas dan
menurutku itu tak terlalu menyakitinya.
Keesokan harinya ia menanyakan
isi kertas itu karena kertas itu hilang. Aku bingung harus bagaimana, aku
terlalu takut untuk menolaknya karena selama ini ia baik padaku.
“sebenarnya apa isi kertas itu
?? maaf, aku menghilangkannya.”
“mmmm…… maaf, aku tak bisa menerimamu.”
Kata yang kulontar seolah
membuat ia berada dalam ujung neraka, membuat hatinya bahkan hidupnya hancur.
Penantiannya yang begitu lama berujung pada penolakkan. Ia terpaku dalam
sikapnya, berdiri kaku untuk mencoba menerima dan menyaring perkataanku menjadi
hal yang positif baginya.
Aku tak melihat wajahnya yang
muram dan langsung pergi begitu saja. Ia berlari melewatiku dan menoleh sesaat
mungkin untuk menunjukan rasa kecewanya.~~
Dan begitulah akhir ceritaku
dengannya. Sampai sekarang aku tak pernah melihatnya lagi. Ia hilang entah
kemana, dan sampai saat ini aku menyesal dan mengharap ia datang kembali
mengisi hari-hariku.
Namun,… apakah mungkin ia mau
kembali padaku setelah apa yang kulakukan padanya. Mustahil rasanya, tapii
harapan itu masih ada dan mungkin akan selalu ada hingga aku benar-benar
menemukan jawaban “AKU INI TULANG RUSUK SIAPA ??”.